Selasa, 15 Maret 2011

Surat Kabar Australia: Presiden SBY Salah Gunakan Kekuasaan


JAKARTA (Doenia-kiamat.blogspot.com) - Surat kabar Australia edisi Jumat 11 Maret 2011 memuat headline perihal sejumlah aksi penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Tulisan berjudul "Yudhoyono 'Abuse Power'" ini terpampang di halaman utama koran The Age dengan kajian ekslusif koran The Age.

Disebutkan, bersumber dari bocoran dari Wikileaks yang diperoleh koran The Age, Yudhoyono ternyata pada tahun 2004, pernah memerintahkan Hendarman Supandji, yang saat itu menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus untuk menghentikan penyidikan kasus korupsi yang melibatkan Taufik Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarno putri sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan. Bocoran Wikileaks ini diperoleh dari sumber-sumber diplomat.
..Yudhoyono ternyata pada tahun 2004, pernah memerintahkan Hendarman Supandji, yang saat itu menjabat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus untuk menghentikan penyidikan kasus korupsi yang melibatkan Taufik Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarno putri..
Bukan hanya itu, SBY juga pernah diam-diam memerintahkan Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar memata-matai anak buahnya di kabinet, yakni Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra. Pengintaian dilakukan saat Yusril tengah menjalani perjalanan rahasia ke Singapura untuk bertemu Pebisnis Cina.

Tidak hanya itu, menurut Wikileaks, diplomat-diplomat Amerika di Jakarta menyebut kemenangan SBY dalam pemilihan presiden dengan suara besar tidak menjamin dukungan politik secara mempuni. Akibatnya, pemerintahan bakal berjalan lumpuh.

Yang mengejutkan, dikabar The Age dokumen Wikileaks juga menyebut Ibu Negara Ani Yudhoyono memanfaatkan posisi politiknya untuk mengeruk uang.

Bukan hanya sebatas SBY dan istri, The Age juga membeberkan bocoran Wikeleaks perihal aksi mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Disebutkan, Kalla menyebar uang dalam jumlah besar untuk bisa memenangkan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pada 2004 lalu. (up/trb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar