Jumat, 25 Februari 2011

Biadab! Densus Injak-injak Ustadz Jali Saat Shalat di Depan Anak-anaknya

Medan (doenia-kiamat.com) -Berikut adalah transkip dari curhat Kartini, istri dari Ustadz Ghozali yang di siksa densus 88 saat sholat di depan anak-anaknya:
Nama saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan saya Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah isteri dari Ustadz Ghozali, anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang Jali. Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang Sehat, saya bersama Bang Jali tinggal bersama empat anak kami (Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin dan Fathurrahman).
Bang Jali lahir tahun 1963, tamat SD 1971. Kemudian bang Jali Masuk SMP Muhammadiyah di Sei. Sikambing Medan. Bang Jali tidak tamat SMP, berhenti karena protes terhadap sekolah SMP di Indonesia memakai celana pendek (tidak menutup aurat) Secara otodidak Bang Jali belajar menulis.
…Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al-Qur’an. Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, sholat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat sholat, kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur…
Dia menjadi kolumnis tetap di beberapa surat kabar yang terbit di Medan. Kemudian Bang Jali ke Malaysia selama 10 tahun. Aktif menjadi wartawan di majalah Islam. Tahun 1996-2000 bang Jali pulang ke Indonesia menetap di Medan membuka kursus komputer, kemudian ke Malaysia lagi pada tahun 2000-2004 bekerja sebagai penulis buku di beberapa penerbitan.
Sejak 2004-2010 menetap di Tanjungbalai sebagai penulis buku-buku agama yang produktif dan semua diterbitkan di Malaysia, lebih kurang 50 judul buku. Ada satu judul buku yang diterbitkan di di Indonesia Selain menulis, Bang Jali juga berprofesi sebagai pengobat tradisional (bekam). Bang Jali juga mengisi pengajian.
Sejak satu bulan terakhir (bulan Agustus 2010), Bang Jali tidak pergi ke mana-mana, atas permintaan saya selaku Ummi anak-anak, alasan saya karena saya sedang hamil tua, hari-hari menjelang persalinan sudah kian dekat. Saya meminta Bang Jali untuk menemani saya melahirkan.
Begitu pun, seingat saya Bang Jali sekali ada pergi ke Medan awal Agustus ke Medan, itu pun karena menjenguk ibunya di salah satu rumah sakit di Medan. Saya melahirkan anak putera saya yang keempat pada tanggal 28 Agustus 2010 (usianya 3 minggu).
Sejak saya melahirkan bayi yang kami beri nama Fathurrrahman Ramadhan itu, Bang Jali juga tidak ada pergi ke mana-mana karena saya tidak ada teman di rumah.
Saat Maghrib, hari Minggu sekitar jam 18.45 WIB menjelang Senin malam, tanggal 19 September 2010. Saya, bayi saya, dua perempuan dewasa (istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani, Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang lagi anak tamu.(salah satu dari dua perempuan dewasa). Jadi, ada di dalam rumah tersebut 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dewasa, 3 perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat adzan Maghrib terdengar, Bang Jali bersiap-siap melaksanakan sholat Maghrib berjamaah.
Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudhu. Saya bilang kepada Bang Jali, Buya bajunya diganti saja, basah kena air wudhu. Saya berada di ruang tamu, menyusukan anak saya Fathur.
Bersama saya dua perempuan dewasa. di dekat pintu depan rumah, pintu rumah kami hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Maghrib.
Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka sholat di ruang belakang dekat dapur.
Dani, usianya sekitar dua puluh lima tahun tahun adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya sehari-hari menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua orang temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu.
Sejak saat itu, Deni dan Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di rumah. sedangkan alek dan deni saya tidak mengenalnya. Mengenai Abu, atau Abdullah (35 tahun), saya tidak jelas orang mana berasalnya. Jadi Deni dan Alek sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka ke Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari hari raya.
Bang Jali bilang ini sudah dekat hari raya, tidak mungkin ada kerjaan. Tunggulah habis hari raya. Jadi mereka di rumah kerjanya hanya makan tidur. Seingat saya selama ini tidak ada kegiatan yang mencurigakan.
Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar suara dari luar ada orang berteriak, “keluar!”
Saat itu ketiga anak saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau memanggil anak-anak untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan rumah. Saya menyuruh mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat wajah mereka seperti ketakutan.
Saya terkejut karena pas saya di depan pintu saya lihat sudah turun dari mobil 30 orang bersenjata. Anak-anak saya diam tak bersuara. Densus 88 langsung saja menerobos masuk ke dalam rumah dengan bersenjata. Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa senjata. Mereka dari samping sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian, sambil melepaskan tembakan.
Saya sambil menggendong bayi saya, dua perempuan dewasa serta anak-anaknya ditodongkan senjata sama Densus 88. Sepasang daun pintu rumah kami ditunjang (ditendang) sama Densus 88. Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah, karena Bang Jali sedang sholat, sedang membaca surah al-Qur’an sehabis membaca surah al-Fatihah.
Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni dan Dani) keluar dari shaff (membatalkan sholat mereka) karena mendengar suara ribut tembakan dan segera mengetahui datangnya orang-orang bersenjata. Alek, Dani dan Deni lari menuju kamar mandi.
Alek keluar dengan membobol seng (atap) kamar mandi. Orang-orang yang sudah masuk rumah menembaki mereka. Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta sewaktu mereka di depan kamar mandi.
Saya, dua perempuan dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20 hari, dan anak tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian itu. Jadi dua orang ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari.
Bang Jali dan seorang makmumnya, Abu masih tetap melanjutkan sholat, walaupun orang-orang bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang belakang dekat dapur.
Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al-Qur’an. Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, sholat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat sholat, kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur.
Saya kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang Jali diseret sama Densus, Bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga anak-anak. Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong. Saya digiring ke rumah tetangga sambil ditodong senjata, di rumah tetangga. Anak-anak saya dari tadi memang berada di situ.
Saya dan anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang) kejadian yang terjadi di rumah kami dari rumah tetangga. Anak-anak saya berteriak-teriak tidak tak henti-hentinya. “Ummi, Ummi itu Buya, itu Buya.” Anak-anak memberitahu saya mereka melihat Buya mereka dipijak-pijak (diinjak-injak).
Mereka menembaki rumah kami dengan membabi buta, walaupun saya sangat yakin Bang Jali tidak ada senjata. Bang Jali hanya terus bertakbir, Allahu Akbar, hanya itu yang bisa Bang Jali lakukan.
Mereka menembaki saja walau tidak ada perlawanan. Dari luar mereka menembaki, di dalam juga menembaki, mereka dalam waktu satu jam itu menembak terus dengan membabi buta.
Tiba-tiba ada yang menggiring saya keluar, saya dibawa ke mobil Densus 88. Saya terus menengok (melihat) ke arah Bang Jali tapi sudah tidak terlihat. Saya tengok (lihat) suami kawan saya (Abu) dibawa ke mobil tak berapa lama.
Densus membentak saya menanya saya di mana tas Bang Jali. Saya jawab (katakan), “Tengok saja sendiri.”
Mereka semua penakut, saya yang disuruh mengambil tas Bang Jali, mereka takut granat, padahal tidak ada apa-apa di tas Bang Jali.
Satu jam kemudian polisi (dari Polresta Tanjung Balai) datang ke sana, polisi pun rupanya tahu apa-apa mengenai kejadian itu. Densus pergi begitu saja. Saya tidak tahu informasi ke mana Bang Jali dibawa, apakah Bang Jali dibawa ke Medan atau ke mana.
Dari pihak Polres malah menanyakan sama saya ke mana Bang Jali dibawa Densus. Saya dinaikkan ke mobil Patroli Polresta Tanjungbalai dibawa ke kantor Polresta Tanjungbalai. Saya tidak dikasih pulang ke rumah.
Esok hari, tanggal 20 September, saya masih tidak dikasih pulang. Sebagian besar anggota Polres Tanjung Balai memperlakukan saya dengan baik, mereka kasihan melihat saya karena menengok anak saya kecil (bayi), tapi ada juga polisi di sini yang jahat dan memperlakukan saya sewenang-wenang.
Saya ingin tahu kabar suami saya. Saya lihat ada koran, saya ambil untuk saya baca. Polisi berpakaian preman itu merampas koran itu dari tangan saya. Hati saya sangat sakit, tapi saya diam saja.
Kapolresta baik sama saya. Dia menanyakan saya, apakah mau pulang ke rumah mengambil baju? Saya sudah bilang sama penyidik, “Cemana (bagaimana) ini, Pak, kalau saya masuk tahanan jelas status saya, tapi di sini saya tidak jelas sebagai apa, saya tidak tahu apa-apa.”
Kata penyidik, “tunggu kabar dari Medan saja, baru saya kasi informasi di sini.”
Saya sedih karena Bang Jali tak bisa dijumpai, karena dia sudah babak belur dipijak-pijak dua puluhan orang. Mereka main serbu saja, mereka itu begitu datang tak ada basa-basi lagi. Dinding rumah kami rusak.
Polisi pun tidak boleh lewat-lewat di situ selama satu jam itu. Padahal kan semua pakai peraturan. Polresta Tanjungbalai membantu saya mempertemukan saya dengan keluarga saya agar anak-anak saya yang empat orang tidak tinggal di tahanan. Saya dipinjamkan telepon sama polisi untuk menelepon adiknya agar saya bisa menitipkan anak-anak saya kepada keluarga, kecuali yang bayi tetap bersama saya, karena dia masih saya susukan. Umurnya kan baru 3 Minggu.
Pada 20 September 2010 sekitar jam 9.00 WIB pagi saya pertama kali menghubungi keluarga. Saya mengasih tahu, saya sekarang di Polresta Tanjung Balai, tidak boleh keluar dari sini karena kata polisi saya dijadikan saksi.
Adik saya ke ke Tanjung Balai hari Senin, 20 September itu juga, adik saya menjenguk saya. Kondisi saya sudah beberapa hari tetap tak jelas, tidak dikasih pulang, padahal saya sudah di BAP hari Minggu sampai sekarang tidak keluar-keluar.
Tidak jelas, tidak boleh pulang, soalnya tidak ada yang mau datang menjenguk saya, adik saya pun hanya datang untuk mengambil si Umar, dibawa ke sana, kasihan Bang Jali.
Di sini saya dan bayi saya tidur dan hidup di sebuah ruangan yang menyerupai gudang kertas-kertas, hanya beralas tikar plastik, kasihan Fathur (bayi saya), baru 3 minggu usianya. (*)
Narasumber: Kartini Panggabean, istri ustadz Khairul Ghozali yang dituduh sebagai teroris oleh Densus 88.
Sumber: – Tim Kuasa Hukum Ustadz Khairul Ghozali, – keluarga, yakni adik Ustadz Khairul Ghozali (Ustadz DR. Adil Akhyar, SH, MH, LLM dan Ahmad Sofian, SH, MA serta abang Ustadz Khairul Ghozali, DR.Ikhwan)

Kamis, 24 Februari 2011

Menggugat Hari Wafat Isa Almasih alias Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan

Jum’at 2 April 2010 lalu adalah hari libur nasional bertepatan dengan hari raya umat kristiani, yaitu hari wafat Isa Almasih.

Bagi umat Islam, istilah hari wafat Isa Almasih ini kurang tepat, karena menurut aqidah Islam, Nabi Isa alaihissalam tidak mati dan tidak pula disalib. Agama yang meyakini kematian Yesus di tiang salib adalah Kristen. Maka istilah yang lebih tepat adalah Hari Kematian Yesus Kristus. Karena dalam pandangan Kristen, Yesus adalah salah satu oknum Tuhan, maka istilah yang lebih pas lagi adalah “Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan Kristiani.” Di kalangan Kristen, hari kematian Yesus itu masyhur dengan sebutan Jum’at Agung.

Ulang tahun kematian Yesus di tiang salib adalah salah satu inti iman Kristiani. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo Nicaeano-Constantinopolitanum), umat Kristen memakai tiga perkataan untuk menekankan keyakinan akan kematian Yesus: “Dan kepada Yesus Kristus, Anaknya yang tunggal, Tuhan kita... disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.”

Sedemikian pentingnya makna salib dalam iman kristiani, sehingga tanpa adanya penyaliban Yesus, maka gugurlah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.

Terkait dengan Hari Ulang Tahun Kematian Yesus, beberapa waktu lalu penulis mendapati buku berjudul Memfitnah Yesuskarya Dr Erwin Lutzer di toko buku Gramedia. Buku setebal 167 halaman yang diterbitkan oleh Light Publishing Jakarta ini adalah terjemahan dari edisi asli dalam bahasa InggrisSlandering Jesus.

Secara khusus, buku apologetika kristiani ini didedikasikan untuk memerangi berbagai pandangan teologi yang menentang doktrin Kristen tentang penyaliban, kematian dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan telak, Erwin menuding paham-paham tentang Yesus yang bertolak belakang dengan Kristen sebagai kebohongan.

Dalam bab II, secara khusus Erwin menghantam Al-Qur'an sebagai kebohongan, karena membantah penyaliban Yesus. Dalam judul “Kebohongan 2: Yesus Tidak Disalibkan.” Di bawah judul tersebut, ia mencantumkan terjemah Al-Qur'an surat An-Nisa’ 157” (hlm. 39).

Menurut Erwin, kisah Al-Qur'an tentang kegagalan penyaliban Yesus adalah kebohongan. Alasannya, jika Tuhan menggagalkan penyaliban dengan membuat orang Yahudi salah tangkap, berarti Tuhan dalam Al-Qur'an bersalah atas tindak penipuan. Erwin menulis:
“Menurut Al-Qur'an, orang-orang Yahudi tidak berhasil membunuh Yesus, yang disebut sebagai rasul Tuhan.  Beberapa penerjemah Muslim mengatakan bahwa orang-orang Yahudi membunuh seseorang yang dibuat Yesus tampak seperti Yesus. Tetapi hal ini akan membuat Tuhan bersalah atas penipuan dan ilusi. Mengapa Tuhan mau ikut serta dalam suatu tindakan yang menipu dan tidak jujur dengan menciptakan seseorang yang tampak seperti Yesus dan membuat orang yang tidak bersalah ini mati sebagai ganti Yesus? Tuhan pastinya bersalah karena tindak penipuan, memimpin orang-orang untuk percaya bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus padahal kenyataannya itu adalah orang lain.” (hlm. 41).
Ayat Al-Qur'an yang digugat DR Erwin adalah sbb: “Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa” (Qs An-Nisa’ 157).

Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap dan menyalib Nabi Isa, apalagi sampai membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
...laporan penyaliban dalam Bibel penuh kontradiktif dan keraguan...
Para mufassir memahamkan surat An-Nisa’ 157 bahwa Nabi Isa sama sekali tidak disalib dan dibunuh, karena yang disalib dan dibunuh adalah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa. Prof Dr H Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’anul Karimmenerjemahkan ayat tersebut, “Sebenarnya Isa itu bukan mereka bunuh atau mereka salibkan, tetapi yang mereka salib itu, adalah orang yang serupa dengan Isa, yang telah dibuat samar” (hlm. 94). Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azharmenyatakan, “Syubbiha artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain, lalu ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa orang lain itulah Isa” (Juz 6 hlm. 21).

Penyerupaan wajah orang lain menjadi Yesus sehingga proses penyaliban menjadi salah alamat tersebut, juga didukung data-data dalam Bibel bahwa:
  1. Penangkapan dilakukan pada waktu gelap (Yohanes 18:3).
  2. Salah tangkap menjadi semakin mungkin, karena Yesus punya mukjizat dapat merubah wajah (Matius 17:2).
  3. Para tentara yang melakukan penangkapan tidak ada yang mengenal wajah Yesus, sehingga mereka harus menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus, dengan upah 30 keping uang perak (Matius 26:15).
KISAH PENYALIBAN YESUS PATUT DIRAGUKAN
Pernyataan Al-Qur'an bahwa orang-orang berselisih paham dan ragu-ragu tentang pembunuhan Isa adalah kebenaran yang tak dapat disangkal. Buktinya, laporan penyaliban dalam Bibel penuh kontradiktif dan keraguan, misalnya soal waktu penyaliban.
  1. Menurut Injil Markus 15:25, Yesus disalib pada jam 9: “Hari jam sembilan ketika ia (Yesus) disalibkan.”
  2. Padahal menurut Injil Yohanes 19:14, pada jam 12 Yesus masih belum disalib: “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.”
  3. Sementara kedua Injil lainnya, yaitu Matius dan Lukas abstain tidak menulis apapun tentang waktu penyaliban.
Kontradiksi penyaliban Yesus masih banyak lagi, bisa dibaca dalam buku Dokumen Pemalsuan Alkitab terbitan Victory Press.

Penyelamatan terhadap Nabi Isa dari penyaliban adalah tindakan yang sangat tepat dan terhormat. Bukankah Bibel sendiri mengakui bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk:
“…Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3: 13).

Penyelamatan Tuhan dalam terhadap Nabi Isa dari penyaliban orang-orang kafir adalah tindakan yang Maha Tepat, bukan tipuan seperti tudingan Erwin Lutzer.

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” 
(Qs. Ali Imran 54).

Maka sungguh aneh tudingan Dr Erwin Lutzer bahwa Tuhan dalam Al-Qur'an melakukan kesalahan dan penipuan. Rupanya Erwin lebih memihak orang kafir yang menginginkan kematian Nabi Isa dengan cara yang terkutuk.
LAPORAN BIBEL TENTANG PENYALIBAN YESUS DIRAGUKAN
Setelah menuding Al-Qur'an berbohong soal keselamatan Yesus dari penyaliban, Dr Erwin Lutzer, mencoba membandingkan validitas Al-Qur'an dan Bibel. Menurutnya, Bibel lebih dipercaya karena Injil saksi mata sehingga laporannya lebih akurat ketimbang Al-Qur'an yang ditulis lebih dari 500 tahun kemudian oleh seorang Muhammad yang bukan saksi mata. Erwin menulis:
“Kitab Injil melaporkan mengenai kematian Yesus dengan kesadaran akan keadaan yang sebenarnya dan secara mendetail yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut. Selain para  tentara Romawi, banyak orang yang berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi saat itu” (hlm. 44).
Dalam pernyataan tersebut, Lutzer berdusta terhadap para murid Yesus, karena para murid Yesus bukanlah saksi mata penyaliban. Terbukti, menurut Bibel, ketika Yesus dibekuk tentara kafir, semua muridnya lari tunggang-langgang meninggalkan Yesus (Markus 14: 46-50).
...Lutzer berdusta terhadap para murid Yesus, karena para murid Yesus bukanlah saksi mata penyaliban...
Bahkan ketika dihadapkan di pengadilan, Yesus sangat membutuhkan pembelaan para muridnya. Tetapi semua murid Yesus tak satupun yang melakukan pembelaan. bahkan Petrus, murid kesayangan Yesus, justru menyangkal dan mengaku tak kenal dengan Yesus (Markus 14: 68-71).

Para penulis keempat Injil pun tak satupun yang menyaksikan peristiwa dengan mata kepalanya. Semua penulis Injil ini bukan murid Yesus, bahkan Injil Markus sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti siapa pengarangnya, karena ia tidak menperkenalkan diri dalam Injil yang ditulisnya. Perhatikan komentar Lembaga Biblika Indonesia dalam Tafsir Injil Markus berikut:

“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang menyebutnya 'Markus, anakku'” (I Petrus 5: 13). Belum jelas apakah Markus ini sama dengan Yohanes Markus dari Yerusalem, anak Maria, yang tempatnya digunakan untuk berkumpul dan berdoa jemaat Kristen pertama (Kisah Para Rasul 12: 12).

Tanpa memperkenalkan diri, Markus memulai penulisannya: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Dalam karyanya, Markus tidak menonjolkan diri. Juga tidak menyebut nama sendiri atau menambahkan sesuatu yang dapat menyingkapkan kepribadiannya” (hlm. 9-10).

Jika pengarang Injil itu masih misterius, maka mempercayai karya tulisnya sebagai dasar keimanan adalah kepercayaan yang misterius.
...Jika para penulis Injil itu adalah saksi mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi kronologis itu tidak perlu terjadi...
KONTRADIKSI CERITA PENYALIBAN DALAM BIBEL
Kesimpulan bahwa para penulis Injil bukan saksi mata cerita penyaliban dalam Bibel, semakin diperkuat dengan banyaknya kontradiksi kronologis kisah penyaliban Yesus, misalnya:

a. Tulisan apa yang ada di atas kayu salib?
Injil Matius 27:37 melaporkan bahwa di atas salib Yesus terpampang tulisan “Inilah Yesus Raja orang Yahudi”. Sedangkan Injil Markus 15: 26 melaporkan bahwa tulisan itu berbunyi “Raja orang Yahudi”. Lukas 23:38 membaca bahwa tulisan di salib Yesus adalah “Inilah raja orang Yahudi”. Sangat berbeda dengan laporan Yohanes 19:19 “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”. Ini adalah pertentangan yang nyata.

b. Berapa orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib?
Menurut Matius 27:44 dan Markus 15: 32, ada dua orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib. Sedangkan Lukas 3:39 me¬la¬por¬¬kan bahwa yang mencaci Yesus hanya satu orang saja. Jelas kontradiksi, bukan?

c. Apakah Yesus mengecap anggur bercampur empedu?
Matius 27: 33-34 melaporkan bahwa Yesus mengecapnya. Sebaliknya, Markus 15: 23 melaporkan bahwa di atas tiang salib Yesus malah menolak anggur. Bukankah ini sangat kontradiktif?

d. Apakah teriakan Yesus waktu disalib?
Menurut Matius 27: 46-52 dan Markus 15: 34-38, sebelum mati Yesus berteriak “Eli, Eli, lama sabakhtani”, sedangkan Lukas 23: 45-46 mengatakan bahwa teriakan Yesus itu adalah “Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku”. Ini pertentangan ayat yang tidak bisa ditemukan, bukan??

e. Siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib?
Matius 27: 59-60, Markus 15: 45-46 dan Lukas 23: 53 melaporkan bahwa yang menurunkan mayat Yesus dari tiang salib adalah Yusuf Arimatea sendiri. Tetapi Yohanes 19:38-42 membantah dan melapor¬kan bahwa yang menurunkan adalah Yusuf Arimatea dan Nicodemus. Ini jelas dua versi kisah yang saling berbeda!!
Jika para penulis Injil itu adalah saksi mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi kronologis itu tidak perlu terjadi. Adanya kontradiksi kronologis itu membuktikan bahwa para penulis Injil itu bukanlah saksi mata. Kemungkinan lainnya, kontradiksi itu terjadi bila para penulis Injil adalah orang-orang yang ceroboh atau lemah ingatan.
...Daripada menggugat kitab suci agama lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia menyelidiki dan memperbaiki kekisruhan Alkitab (Bibel)...
Maka, gugatan Dr Erwin Lutzer terhadap Al-Qur'an tidak relevan dan upaya pemborosan energi. Daripada menggugat kitab suci agama lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia menyelidiki keruwetan dan problematika Alkitab (Bibel) yang mengisahkan penyaliban Yesus dengan seribu satu kerumitan. 

Mengaku Sarjana Islam, Pendeta Terbongkar Kedoknya

Bintaro (doenia-kiamat.com) - Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel Hermawan dikenal sebagai ahli islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun ketika Samuel menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan Islam dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan dan Raja,” Samuel menuliskan sbb:
“Saya dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja sesuai yang tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.”
Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.
Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung...
Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen.
Empat tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang pemuda. Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama.
Belakangan, setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru tahu kalau suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah pernikahan. Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja, mengikuti jejak suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik menjadi seorang Kristen.
Ketika Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen,  terjadilah percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar Islam Indonesia).
“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.
“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik dari Islam, paman,” jawab Indra santai.
“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu koksekarang jadi seperti ini?” tanya sang paman lagi.
“Saya tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan menyelamatkan,” terang Indra.
“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari Islam?” selidik sang paman.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin tahu jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan adalah ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa bertanya sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra. Maka disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.
Ahad malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan sederhana. Tapi sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok ada lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang Insan Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.
Pendeta Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa pendeta, pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yangklemis dengan baju  batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah disiapkan dalam laptop dan infocus, lengkap dengan seorang wanita operatornya.Dialog dimulai pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan pendengar dari kalangan Islam dan Kristen.
Setelah memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu menyela, “Maaf Pak Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya bukan pemikiran anda. Anda hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan ke Surga” yang memakai nama penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah menjawabnya dalam buku “Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.
Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan ceramah.
“Yesus alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir. Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita renungkan. Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang mati. Karena Yesus bisa menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,” jelasnya.
Insan membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan adalah surat Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca sepotong saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah. Jadi, seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena izin dan pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan itu bukan Nabi Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.Samuel tak dapat membantah argumen ini, lalu beralih ke pembicaraan lain. Ia menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak semua perbuatan Yesus ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa memuat seluruh ajaran Yesus.
“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!” tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya singkat.“Tolong pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang dimaksud,” tanya Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun dari pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.“Sebetulnya, ayat yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil Yohanes 25:21. Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan mempersilakan. Jemaat pun membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul. Mereka semakin gusar.
Ternyata Sarjana Islam Gadungan
Ketika ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari kiamat, Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”Penasaran dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta Samuel untuk membaca nas Arabnya.
Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur'an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab...
“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa membaca nas Arabnya. Andakan ngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong baca nas Arabnya!” pintanya.
Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta. Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya yang mulai memucat.
Jemaat dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah tingkah di hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama ini mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan sarjana Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian tertawa, sebagian geleng-geleng dan sebagian bertepuk tangan. Mereka terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang ditokohkan dan dihormati di gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan kesaksian dusta.
“Pak Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku ahli islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham Al-Qur’an? Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti baca-tulis Al-Qur’an? Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan menipu jemaat” kata Insan menasihati.
Situasi dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin, seperti dosen menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan rumah mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang pendeta lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya yang sudah membaur bersama hadirin lainnya di meja hidangan.
Seorang peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel berkomentar, “Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti ayam sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok, Jawa Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah "Drs" alias durung rampung sekolah, toh.

Soal Gereja Albertus Bekasi: Uskup Agung Berbohong di hadapan Jemaat Misa Natal


JAKARTA(doenia-kiamat.blogspot.com) - Uskup Agung Yulius Kardinal Darmaatmadja dalam pesan natalnya menyesalkan Gereja stasi Albertus di Bekasi yang dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan pada acara misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Jumat (25/12/2009)lalu.

"Ketika Gereja stasi Albertus yang sedang dibangun, pada malam hari raya Muharam atau 1 syuro atau malam tanggal 18 Desember didatangi ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak Gereja yang sedang dalam proses pembangunan," demikian pesan Romo Kardinal sebagaimana dilansir dalam detiknews.com berjutul "Uskup Agung Prihatin Gereja Bekasi Dirusak."
Berita yang sama juga diwartakan oleh portal berita okezone.com berjudul “Uskup Agung Sesalkan Pengrusakan Gereja di Bekasi”   dan vivanews.com berjudul “Uskup Agung Prihatin Kasus Gereja di Bekasi.”

Bila portal detik.com, vivanews.com dan okezone.com tidak salah kutip, maka menurut hemat kami, pernyataan Uskup Agung bahwa gereja Santo Albertus dirusak orang tak bertanggungjawab itu patut dipertanyakan karena beraroma kebohongan.
..pernyataan Uskup Agung bahwa gereja Santo Albertus dirusak orang tak bertanggungjawab itu patut dipertanyakan karena beraroma kebohongan...
Pertama, Uskup Agung menyebut “Ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak gereja.” Pernyataan ini  tidak berdasar sama sekali dan cenderung provokatif. Faktanya, gereja yang sejak awal pendiriannya mendapat penentangan warga Bekasi itu hingga kini masih berdiri kokoh. Tak ada bagian gereja yang tergores, terjilat api apalagi mengalami kerusakan berat. Fakta ini penulis saksikan dengan mata kepala esok hari setelah insiden malam tahun baru terjadi.

Kedua, Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “gereja yang dirusak,” membuktikan bahwa Romo Kardinal belum melihat langsung ke gereja yang dimaksud, melainkan hanya mendengar berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu, Romo Kardinal juga membesar-besarkan masalah dan menihilkan keberadaan Kapolres Metro Bekasi. Pascainsiden malam tahun baru, Kapolres Metro Bekasi AKBP Imam Sugianto membantah terjadi pembakaran gereja Katolik Santo Albertus di perumahan Harapan Indah, Bekasi. Menurutnya yang dibakar bukan gerejanya, tapi hanya bedeng pekerja kuli bangunan gereja itu.
"Saya tidak setuju kalau disebut pembakaran gereja. Karena bukan gereja yang dibakar, tapi bedeng tempat pekerja dan kantor pekerja konstruksi. Kalau gerejanya sudah 60 persen jadi, itu tidak dibakar," kata Imam dalam Tempo Interaktif,  Ahad (20/12/2009).
..Romo Kardinal juga membesar-besarkan masalah dan menihilkan keberadaan Kapolres Metro Bekasi..
Ketiga, Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “orang tidak bertanggung jawab” dalam insiden tersebut, jelas membuktikan bahwa Romo Kardinal tidak mengetahui permasalahan dengan jelas dan jernih. Faktanya, pasca insiden tahun baru itu, polisi mengamankan 33 orang yang dicurigai sebagai pelaku. Karena tak cukup bukti, ke-32 orang itu dilepaskan, dan hanya satu orang yang ditahan, yaitu Ahmad Rosidi alias Jagur, warga Babelan. Jagur hingga kini masih ditahan polisi karena mempertanggungjawabkan perbuatannya yang diduga melakukan tindak pidana.

Untuk itu, kami akan bersuka cita kepada Romo Kardinal Yulius Kardinal Darmaatmadja selaku Uskup Agung, bila beliau mempertimbangkan masak-masak segala pernyataan di hadapan jemaatnya. Janganlah memperkeruh suasana “konflik” antarumat beragama dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan data. Karena segala ucapan yang berbeda dengan realita adalah sebuah kedustaan. Dan kedustaan adalah sikap yang tidak terpuji menurut semua agama.
Janganlah memperkeruh suasana “konflik” antarumat beragama dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan data. Karena segala ucapan yang berbeda dengan realita adalah sebuah kedustaan...
Menurut Al-Qur’an, dusta adalah salah satu tanda orang munafik (Al-Munafiqun 1). Orang yang mengadakan kebohongan adalah pendusta yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (An Nahl 105) yang diancam dengan wail (kecelakaan) dan siksaan yang pedih (Al Baqarah 10, Al-Jatsiyah 7).

Mari kita jauhi segala dusta, karena tindakan dusta itu tidak akan memasyhurkan nama Tuhan. Bukankah  Alkitab (Bibel) juga mengecam dusta sebagai tindakan yang harus dijauhi (Keluaran 23:7, Ulangan 5:20, Imamat 19:11) yang melanggar kekudusan nama Tuhan (Imamat 19:12) dan merupakan suatu dosa (Yesaya 5:18). Jika penginjil berdarah Madura ini tidak berhenti dari dustanya, maka Yesus akan mengecamnya sebagai “hamba iblis” (Yohanes 8: 44)? Bukankah kedustaan adalah kekejian dan dosa di mata Tuhan?
“Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 12:22).
“Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa” (Yesaya 5:18).

Soal Gereja Albertus Bekasi: Uskup Agung Berbohong di hadapan Jemaat Misa Natal


JAKARTA(doenia-kiamat.blogspot.com) - Uskup Agung Yulius Kardinal Darmaatmadja dalam pesan natalnya menyesalkan Gereja stasi Albertus di Bekasi yang dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan pada acara misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Jumat (25/12/2009)lalu.

"Ketika Gereja stasi Albertus yang sedang dibangun, pada malam hari raya Muharam atau 1 syuro atau malam tanggal 18 Desember didatangi ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak Gereja yang sedang dalam proses pembangunan," demikian pesan Romo Kardinal sebagaimana dilansir dalam detiknews.com berjutul "Uskup Agung Prihatin Gereja Bekasi Dirusak."
Berita yang sama juga diwartakan oleh portal berita okezone.com berjudul “Uskup Agung Sesalkan Pengrusakan Gereja di Bekasi”   dan vivanews.com berjudul “Uskup Agung Prihatin Kasus Gereja di Bekasi.” 

Bila portal detik.com, vivanews.com dan okezone.com tidak salah kutip, maka menurut hemat kami, pernyataan Uskup Agung bahwa gereja Santo Albertus dirusak orang tak bertanggungjawab itu patut dipertanyakan karena beraroma kebohongan.
..pernyataan Uskup Agung bahwa gereja Santo Albertus dirusak orang tak bertanggungjawab itu patut dipertanyakan karena beraroma kebohongan...
Pertama, Uskup Agung menyebut “Ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak gereja.” Pernyataan ini  tidak berdasar sama sekali dan cenderung provokatif. Faktanya, gereja yang sejak awal pendiriannya mendapat penentangan warga Bekasi itu hingga kini masih berdiri kokoh. Tak ada bagian gereja yang tergores, terjilat api apalagi mengalami kerusakan berat. Fakta ini penulis saksikan dengan mata kepala esok hari setelah insiden malam tahun baru terjadi.

Kedua, Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “gereja yang dirusak,” membuktikan bahwa Romo Kardinal belum melihat langsung ke gereja yang dimaksud, melainkan hanya mendengar berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu, Romo Kardinal juga membesar-besarkan masalah dan menihilkan keberadaan Kapolres Metro Bekasi. Pascainsiden malam tahun baru, Kapolres Metro Bekasi AKBP Imam Sugianto membantah terjadi pembakaran gereja Katolik Santo Albertus di perumahan Harapan Indah, Bekasi. Menurutnya yang dibakar bukan gerejanya, tapi hanya bedeng pekerja kuli bangunan gereja itu.
"Saya tidak setuju kalau disebut pembakaran gereja. Karena bukan gereja yang dibakar, tapi bedeng tempat pekerja dan kantor pekerja konstruksi. Kalau gerejanya sudah 60 persen jadi, itu tidak dibakar," kata Imam dalam Tempo Interaktif,  Ahad (20/12/2009).
..Romo Kardinal juga membesar-besarkan masalah dan menihilkan keberadaan Kapolres Metro Bekasi..
Ketiga, Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “orang tidak bertanggung jawab” dalam insiden tersebut, jelas membuktikan bahwa Romo Kardinal tidak mengetahui permasalahan dengan jelas dan jernih. Faktanya, pasca insiden tahun baru itu, polisi mengamankan 33 orang yang dicurigai sebagai pelaku. Karena tak cukup bukti, ke-32 orang itu dilepaskan, dan hanya satu orang yang ditahan, yaitu Ahmad Rosidi alias Jagur, warga Babelan. Jagur hingga kini masih ditahan polisi karena mempertanggungjawabkan perbuatannya yang diduga melakukan tindak pidana.

Untuk itu, kami akan bersuka cita kepada Romo Kardinal Yulius Kardinal Darmaatmadja selaku Uskup Agung, bila beliau mempertimbangkan masak-masak segala pernyataan di hadapan jemaatnya. Janganlah memperkeruh suasana “konflik” antarumat beragama dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan data. Karena segala ucapan yang berbeda dengan realita adalah sebuah kedustaan. Dan kedustaan adalah sikap yang tidak terpuji menurut semua agama.
Janganlah memperkeruh suasana “konflik” antarumat beragama dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan data. Karena segala ucapan yang berbeda dengan realita adalah sebuah kedustaan...
Menurut Al-Qur’an, dusta adalah salah satu tanda orang munafik (Al-Munafiqun 1). Orang yang mengadakan kebohongan adalah pendusta yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (An Nahl 105) yang diancam dengan wail (kecelakaan) dan siksaan yang pedih (Al Baqarah 10, Al-Jatsiyah 7).

Mari kita jauhi segala dusta, karena tindakan dusta itu tidak akan memasyhurkan nama Tuhan. Bukankah  Alkitab (Bibel) juga mengecam dusta sebagai tindakan yang harus dijauhi (Keluaran 23:7, Ulangan 5:20, Imamat 19:11) yang melanggar kekudusan nama Tuhan (Imamat 19:12) dan merupakan suatu dosa (Yesaya 5:18). Jika penginjil berdarah Madura ini tidak berhenti dari dustanya, maka Yesus akan mengecamnya sebagai “hamba iblis” (Yohanes 8: 44)? Bukankah kedustaan adalah kekejian dan dosa di mata Tuhan?
“Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 12:22).
“Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa” (Yesaya 5:18).

Rabu, 23 Februari 2011

Matematika Bibel atau Al-Qur'an yang Salah Hitung? (Membedah Blog Kafir - 2)


Dalam blog-blog gratisan milik kaum Walan Tardho, yang makin marak belakangan ini, meski alamat URL-nya bermacam-macam, tapi dari gaya bahasa dan jurus-jurus serangan yang mirip, nampaknya pembuat blog-blog kafir itu adalah satu orang, atau beberapa orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan atau pertemanan.

Salah satu jurus penghinaan terhadap Al-Qur'an yang hampir dimuat di semua blog itu adalah gugatan terhadap perhitungan  dalam hukum waris (fara’id) dalam Al-Qur'an. Dengan penyelewengan terhadap rumusan angka waris dalam Al-Qur'an itu, mereka menyimpulkan bahwa Allah dan Nabi Muhammad itu tidak pandai berhitung sehingga matematika dalam Al-Qur'an tidak benar.

Contoh gugatan terhadap hitungan waris dalam Al-Qur’an yang dimuat di blog xxxxslim.xxxxxress.com adalah sbb:
“Contoh KASUS 4: Kesalahan menghitung muhammad: jika yang meninggal TAK MEMILIKI anak, memiliki 1 suami, 2 saudara PEREMPUAN dan Seorang IBU. (Maka pembagian warisnya adalah) 1/2 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) + 1/6 (ayat 11)= 1 + 1/3. Loh kok kelebihan? he...he...he...
Bagi mereka yang matematikanya jongkok. Contoh kasus 4: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan mempunyai AHLI WARIS, adalah: seorang suami, 2 saudara perempuan, dan seorang ibu.
Seorang SUAMI akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp. 15.000.000.
SEORANG saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 20.000.000.
Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000.
Total yang mesti dibayar= rp. 40.000.000, padahal warisan hanya Rp. 30.000.000.”
Persoalannya adalah ayat tersebut diterapkan dengan matematika dangkal yang terbatas pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, seperti pelajaran yang diajarkan di bangku SD. Berbekal matematika awam ini, dengan cerobohnya penulis blog itu menuduh Allah dan Nabi Muhammad salah hitung.
...Berbekal matematika awam ini, dengan cerobohnya penulis blog itu menuduh Allah dan Nabi Muhammad salah hitung...
Memang benar, ada tiga ayat Al-Qur`an yang berbicara tentang perhitungan waris, antara lain surat An-Nisa 11, 12 dan 176. Jadi, ketiga ayat yang dikutip dalam selebaran itu sudah benar. Lantas dimana persoalannya?
Pada contoh kasus yang dikemukakan tersebut, jika ada orang yang meninggal dengan meninggalkan beberapa ahli waris, antara lain: seorang suami, 2 orang saudara perempuan dan seorang ibu. Maka pembagiannya sbb:

Pertama, seorang suami mendapat warisan 1/2 (nishfu), berdasarkan firman Allah: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak...” (Qs An Nisa’ 12).

Kedua, 2 orang saudara perempuan mendapat warisan 2/3 (ats-tsulutsani), berdasarkan firman Allah: “...tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal...” (Qs An-Nisa 176).

Ketiga, seorang ibu mendapat warisan 1/6 (as-sudusu), berdasarkan firman Allah: “...jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam...” (Qs An-Nisa 11).

Bila semuanya dijumlahkan, maka hasilnya adalah 1/2 + 2/3 + 1/6 = 4/3 = 1 + 1/3. Atas dasar ini, penulis selebaran itu menuduh terjadinya kesalahan dalam perhitungan Allah SWT karena seharusnya jumlah pembagian harta warisan itu harus 1. Tetapi dalam kasus ini menunjukkan terjadi kelebihan harta yang harus dibagi yaitu kelebihan 1/3.

Praktiknya, jika harta warisan itu Rp 30.000.000, maka sang suami mendapatkan Rp 15.000.000, sedangkan 2 saudara perempuan mendapat Rp 20.000.000, kemudian sang ibu mendapat Rp 5.000.000. Jika seluruh bagian warisan sang suami, 2 saudara perempuan dan sang ibu itu dijumlahkan, maka hasilnya adalah Rp 40.000.000. Padahal harta yang diwariskan hanya Rp 30.000.000.

Inilah yang dimaksud selebaran itu sebagai kesalahan perhitungan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dengan temuan ini, sang aktivis Kristen merasa hebat dan memanfaatkannya sebagai senjata untuk menanamkan keragu-raguan terhadap akidah umat Islam.

Tetapi, aktivis Kristen itu telah tertipu dengan temuannya, karena apa yang dikemukakan itu bukan hal yang baru. Para ulama dari jaman terdahulu sudah membahasnya secara tuntas dalam Ilmu Faraidh. Di Indonesia, buku yang sangat populer adalah“Al-Fara’idh, Ilmu Pembagian Waris” karya A Hassan, ulama tersohor dari Persatuan Islam. Buku ini sudah terbit berulang kali sejak tahun 1949.

Masalah kelebihan jumlah bagian ahli waris dibandingkan jumlah harta, dalam Ilmu Faraidh disebut Al-‘Aul. Sebaliknya, kelebihan harta dibandingkan jumlah bagian ahli waris disebutAr-Radd. Untuk menjelaskan penerapan bab Al-‘Aul dalam faraidh, mari kita terapkan pada kasus yang dikemukakan dalam selebaran itu.

Sebelum melangkah kepada pembagian warisan, perlu dicatat baik-baik bahwa hak warisan sang suami adalah 1/2 atau 3/6, sedangkan hak dua saudara perempuan adalah 2/3 atau 4/6, dan hak ibu adalah 1/6. Dari angka ini, dapat ditentukan perbandingan hak waris antara suami (3/6) dengan dua saudara perempuan (4/6) dan ibu (1/6) adalah 3:4:1.

Dengan kata lain, hak suami adalah 3 bagian, hak dua orang saudara perempuan adalah 4 bagian, sedangkan hak ibu adalah 1 bagian. Total seluruh hak waris adalah 8 bagian. Jumlah 1 bagian warisan adalah Rp 3.750.000 (1/8 x 30.000.000 = 3.750.000).

Dari sini dapat ditentukan pembagian harta warisan (Rp 30.000.000) kepada masing-masing hak ahli waris, antara lain:

Pertama, sang suami mendapat 3 bagian (3 x 3.750.000) = Rp 11.250.000,-

Kedua, 2 saudara perempuan mendapat 4 bagian (4 x 3.750.000) = Rp 15.000.000,-

Ketiga, sang ibu 1 bagian (1 x 3.750.000) = Rp 3.750.000,-

Jelaslah, bahwa pembagian harta warisan menurut Al-Qur`an itu bisa dilakukan dengan adil, rata dan tidak ada satu pun yang salah.

Kesalahan Hitungan dalam Bibel

Bila ada yang menuduh pembagian waris dalam Al-Qur`an salah angka, berarti logika dan matematika aktivis Kristen itulah yang perlu dikoreksi karena sudah mengalami gangguan.

Seharusnya aktivis Kristen itu paham contoh kesalahan hitung dalam kitab suci. Perhatikan contoh perhitungan dalam Alkitab (Bibel) berikut:

“Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda, Omri menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua belas tahunlamanya. Di Tirza ia memerintah enam tahun lamanya... Kemudian Omri mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria. Maka Ahab, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapanzaman Asa, raja Yehuda” (1 Raja-raja 16:23-29).
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Omri menjadi Raja pada tahun ke-31 zaman Asa selama 12 tahun lamanya. Setelah raja Omri meninggal, maka ia digantikan anaknya pada tahun ke-38.
...Secara matematika yang sederhana, ayat tersebut mengalami kesalahan fatal...
Secara matematika yang sederhana, ayat tersebut mengalami kesalahan fatal. Seharusnya Omri meninggal pada tahun ke-43 pada jaman Asa, dan bukan tahun ke-38 pada jaman Asa. Karena 31 ditambah 12 adalah 43, bukan 38.

Atau seharusnya Omri memerintah hanya selama 7 tahun saja, bukan 12 tahun. Karena 38 dikurangi 31 adalah 7, bukan 12. Apakah ini bukan salah hitung yang fatal namanya?

Kesimpulan: Kitab yang mengalami kesalahan hitungan bukan Al-Qur’an, melainkan Alkitab (Bibel).

Membedah Blog Kafir (1): Islam Adalah Geng Pemuja Setan dan Pembunuh Manusia?

GENG Walan Tardho semakin ganas dalam melecehkan Islam. Puluhan website dan blog gratisan jadi panggung penghujatan Islam. Tantangan besar bari para blogger dan hacker Muslim. Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) harus cepat bertindak.

Orang tak beragama saja jijik membaca kata-kata kotor para penghujat Islam itu. Salah satu blog yang isinya penuh dengan kata-kata tengik adalah blog beridentitas “The Gengster of Mohamed” dengan alamat: http:www.geng####.###.com. Untuk menghindari dampak negatif yang tidak diinginkan, alamat situs ini sengaja kami samarkan.

Dalam header blog tertulis kalimat yang sangat menantang, terang-terangan menyebut Islam sebagai sebuah geng pemuja setan: “The Gengster of Mohamed, Satanic Cult: Geng Pemuja Setan yang Berpusat di Ka’bah."

Sayangnya, pemilik blog gratisan itu sama sekali tidak mencantumkan identitasnya. Ia hanya mencantumkan sebuah email di yahoo dengan account Alisina yang tak jelas batang hidungnya.
..Dalam header blog mereka terang-terangan menyebut Islam sebagai sebuah geng pemuja setan: “The Gengster of Mohamed, Satanic Cult: Geng Pemuja Setan yang Berpusat di Ka’bah...
Tidak dicantumkannya identitas ini menunjukkan bahwa pemilik blog ini tidak yakin dengan kebenaran materi blog yang ditulisnya. Atau pemilik blog yakin bahwa konten blog tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan secara agama, moral maupun hukum.

Karena pemilik blog tidak mencantumkan nama anggota maupun institusinya, berarti dia mempersilahkan pengunjung blog untuk memberikan nama apa saja. Maka dalam artikel ini, kita sebut saja pemilik blog penghujat Islam itu sebagai ” Geng Walan Tardho.”

Seharusnya, jika Geng Walan Tardho itu jeli, gaya penyiaran agama dengan cara-cara kotor ini sebetulnya sama sekali tidak menguntungkan dirinya, hanya jadi bumerang terhadap agamanya. Karena dengan cara-cara yang kotor, tak bermoral, dan pengecut, maka otomatis orang  akan menilai bahwa agama yang sedang dianut dan disebarkan oleh pemilik blog penghujatan tersebut adalah agama kotor dan tak bermoral yang mengajarkan kebencian.

TANGGUNGJAWAB MENKOMINFO TIFATUL SEMBIRING

Situs blog anti-Islam di dunia maya ini bukan yang pertama kalinya, tapi sudah berulang-ulang sejak lama. Hal itu tentunya memprovokasi stabilitas keamanan Indonesia, yang mayoritas warganya memeluk agama Islam. Untuk mencegah instabilitas keamanan negara, Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, harus bertanggung jawab.

"Tanggung jawab ada pada Menteri Kominfo. Pak Tifatul Sembiring harus bertanggung jawab," kata Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath.

Lebih lanjut, Muhammad mengatakan, pembuat situs provokatif itu harus segera dilacak identitasnya, dan diberi hukuman yang sesuai.

"Mestinya aparat keamanan segera melacak itu, pembuat situs itu mudah lah dilacak. Saya yakin penegak hukum mampu mengatasi itu," ujarnya.

Senada dengan itu, Wakil Sekretaris MUI Pusat, Asrorun Niam menyatakan, pemerintah harus memblokir situs blog penghujat Islam, agar tidak dapat diakses. Tidak hanya itu, pemerintah harus menindak siapa pelakunya.
...Tanggung jawab ada pada Menteri Kominfo. Pak Tifatul Sembiring harus bertanggung jawab. Pemerintah jangan diam saja, harus proaktif mengawasi, mencegah, dan menindak...
"Pemerintah jangan diam saja, harus proaktif mengawasi, mencegah, dan menindak hal seperti itu," katanya.

Niam mengaku telah mengetahui dan membaca isi yang ada di blog tersebut. Di samping permasalahan agama, di dalamnya juga ada mengemukakan persoalan sosial.

”Hal seperti inilah yang bisa menimbulkan gesekan di masyarakat,” sambungnya.

Karena itu, tegas Niam, negara harus berperan menjaga situasi, agar tidak terjadi saling fitnah. Selain itu, tidak boleh ada seseorang yang mengatasnamakan kebebasan, malah menyebabkan disharmoni.

"Tindakan blokir merupakan tindakan preventif yakni mencegah. Tetapi di luar itu, harus ditelusuri siapa yang membuatnya. Harus efek jera, agar tidak terulang kembali," pungkasnya.

ISLAM DITUDING SEBAGAI GENG PEMUJA SETAN

Meski tak dapat dipastikan identitas penulis blog penghujatan, tapi dengan dari persamaan style dengan belasan blog serupa lainnya, dengan mudah kita bisa menebak, bahwa ideologi pemilik blog.  Mereka adalah menganut kitab suci yang mengajarkan slogan ”Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah aku harapkan, api itu menyala!” dan slogan “aku datang bukan untuk membawa damai di atas bumi, melainkan pertentangan.” Salah satu api pertentangan yang dilemparkannya adalah tulisan blog sbb:
”Banyak orang mengira Islam adalah sebuah agama.  Tetapi yang benar Islam bukan agama.  Islam adalah sebuah geng, yang pimpinannya bernama Nabi Muhammad SAW. Para pengikutnya... menganggap Nabi Muhammad SAW adalah makhluk setengah dewa, yang begitu sakral, sangat sempurna dan wajahnya paling ganteng sedunia.

Geng ini dapat terus eksis karena menyamar sebagai agama.  Sang pemimpin geng mengaku diutus oleh ”tuhan” bernama Allah untuk menaklukkan dunia di bawah pemerintahan Islam.  Kita harusnya mengerti, bahwa tidak mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana mengutus seorang bejat moral dan penjahat gila, yang isi otaknya cuma seks, harta dan kekuasaan. 

Di samping itu, Tuhan adalah Penguasa Alam Semesta, Tuhan tidak perlu berambisi  menaklukkan dunia, sebab Alam Semesta ini memang milik-Nya.  Lalu siapakah gerangan sosok yang ingin menguasai dunia ini, yang dengan gaya preman dan nafsu haus darahnya menggebu-gebu ingin mengontrol dunia di bawah 1 kalifah?  Tentu saja ini bukan cita-cita Tuhan, melainkan cita-cita Iblis.  Tuhan sudah menguasai dunia ini, jadi untuk apa Dia ingin menguasainya lagi?  Iblis/Setan-lah yang ingin merebut dunia ini.  Ya, Islam adalah geng pemuja Setan.  Itu sangat nampak terlihat dari sepak terjang mereka, mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga zaman sekarang.

Perbedaan nyata Tuhan dengan Setan: Tuhan ingin menyelamatkan jiwa sebanyak-banyaknya, sedangkanSetan ingin membunuh sebanyak-banyaknya.

Di sisi lain, Islam ingin mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya, agar kekuatan Islam bertambah.  Dan orang yang menolak bergabung dalam geng Islam atau orang yang dengan terang-terangan memusuhi geng Islam, akan dibunuh.”
...Seluruh tulisan itu tak satu ”iota” pun yang bisa dibenarkan...
Semua yang diuraikan Geng walan tardho itu bertolak belakang dengan fakta baik fakta hukum (dalil) maupun realita. Seluruh tulisan itu tak satu ”iota” pun yang bisa dibenarkan,  berikut ini bantahannya:

Islam bukan agama tapi sebuah geng? 

Tuduhan Alisina bahwa Islam bukan agama tapi geng, sangat tidak berdasar sama sekali. Dalam buku manualnya (Al-Qur’an), jelas disebutkan bahwa Islam adalah agama (din):

“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam” (Qs. Ali Imran 19).

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Qs. Ali Imran 85).

Eksistensi Islam sebagai sebuah agama ini juga diakui oleh para teolog non Kristen, misalnya Pendeta Dr R Soedarmo, pakar dogmatika Kristiani alumnus universitas teologi Belanda. Soedarmo adalah teolog terkemuka di Indonesia. Wawasan teologinya dibesarkan dan dipupuk di mancanegara: kuliah S1 di universitas Vrije Universiteit Belanda tahun 1938-1943 dan S2 di universitas yang sama tahun 1955-1957. Setelah tamat dari kuliah selama 7 tahun di Belanda, Soedarmo pulang ke Indonesia menjadi pendeta di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga, dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STTJ), dosen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, anggota Badan Pengurus Dewan Gereja Indonesia (DGI, sekarang diganti Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia–PGI), ketua seksi Perjanjian Lama LAI, dan lain-lain.
...Eksistensi Islam sebagai sebuah agama ini juga diakui oleh para teolog non Kristen, misalnya Pendeta Dr R Soedarmo, pakar dogmatika Kristiani alumnus universitas teologi Belanda...
Apa kata pendeta terpelajar lulusan Belanda ini tentang Islam? Apakah ia mengatakan bahwa Islam bukan agama tapi geng? Bacalah buku “Ikhtisar Dogmatika” yang ditulisnya. Pendeta Soedarmo justru menyatakan bahwa Islam adalah sebuah agama. Bahkan bukan sebagai agama biasa, melainkan agama yang bercorak rasionalitas akal-budi. Pendeta Soedarmo menulis:

Agama Islam bercorak rasionalitis, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (halaman 114).

Jika kitab suci dan para ahli mengakui Islam sebagai agama (din), maka tuduhan Geng Walan Tardho bahwa Islam bukan agama melainkan sebuah geng, sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Nabi Muhammad manusia setengah dewa?

Tuduhan Geng Walan Tardho bahwa umat Islam memuja Nabi Muhammad sebagai makhluk setengah dewa juga kebohongan besar. Ajaran Islam baik yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun hadits, tak satu ayat pun yang mengajarkan bahwa Muhammad adalah manusia setengah tuhan atau setengah dewa.

Umat Islam hanya meyakini Nabi Muhammad sebagai hamba dan rasul Allah yang terakhir (Qs Al-Ahzab 40) yang risalahnya berlaku untuk seluruh umat manusia (Qs Al-Anbiya 107). Sebagai nabi yang terakhir, beliau adalah manusia pilihan yang patut dijadikan suri tauladan atau ”uswatun hasanah” (Qs. Al-Ahzab 21). Sebagai nabi terakhir, keberadaan Muhammad SAW juga tidak dipisahkan dari para nabi sebelumnya, karena semua nabi memiliki keterkaitan misi (hadits muttafaq ’alaih).

Umat Islam tak ada satu pun yang memuja nabi Muhammad sebagai manusia setengah dewa, karena umat Islam beriman kepada semua nabi tanpa membeda-bedakan antara nabi yang satu dengan nabi yang lainnya.

”Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya” (Qs Al-Baqarah 285).
...Keyakinan adanya nabi yang menjadi manusia setengah tuhan  atau setengah dewa (inkarnasi) bukan milik Islam, tapi milik agama lain yang terkontaminasi kepercayaan pagan...
Nabi Muhammad sendiri seumur hidupnya tidak pernah mengajarkan kepada umatnya bahwa beliau adalah manusia setengah dewa. Mengenai identitas, beliau hanya mengajarkan 4 nama. Dari empat nama itu tidak ada nama manusia setengah dewa. Perhatikan hadits berikut:
Dalam hadits riwayat Jubair bin Muth'im RA, Nabi SAW bersabda: "Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (penghapus), yang karena aku dihapuskan kekufuran. Aku adalah Al-Hasyir (pengumpul), di mana seluruh manusia akan dikumpulkan sesudahku. Aku adalah Aqib dan Aqib adalah nabi yang tidak akan ada lagi seorang nabi sesudahnya" (HR Muslim).
Keyakinan adanya nabi yang menjadi manusia setengah tuhan  atau setengah dewa (inkarnasi) bukan milik Islam, tapi milik agama lain yang terkontaminasi kepercayaan pagan.

Islam geng pemuja setan?

Tudingan  Islam sebagai geng pemuja setan pun bertolak belakang dari ajaran Islam. Justru Islam adalah agama yang sangat keras dalam memusuhi syaitan. Salah satu ayat terkenal adalah perintah Allah untuk menjadikan setan sebagai musuh abadi.

”Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Qs Al-An’am 142).

Karenanya, umat Islam disyariatkan untuk berta’awudz (minta perlindungan kepada Allah dari godaan setan).

Salah satu tabiat setan adalah menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara sesama umat manusia, dan menghalangi manusia dari mengingat Tuhan (Qs Al-Ma’idah 90-91).

Karena karakter blog milik Geng Walan Tardho adalah menimbulkan permusuhan dan kebencian, maka menurut ayat di atas, berarti merekalah pengikut setan sejati. Mereka adalah musuh yang nyata semua umat beragama.

Target Islam adalah membunuh sebanyak-banyak manusia?

Tulisan Geng Walan Tardho yang paling keji adalah tuduhan terhadap Islam sebagai geng pemuja setan karena ingin membunuh orang sebanyak-banyaknya, dengan tuduhan sbb:
”Ya, Islam adalah geng pemuja Setan.  Itu sangat nampak terlihat dari sepak terjang mereka, mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga zaman sekarang. Perbedaan nyata Tuhan dengan Setan: Tuhan ingin menyelamatkan jiwa sebanyak-banyaknya, sedangkan Setan ingin membunuh sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, Islam ingin mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya, agar kekuatan Islam bertambah.  Dan orang yang menolak bergabung dalam geng Islam atau orang yang dengan terang-terangan memusuhi geng Islam, akan dibunuh.”
Tudungan ini tak akan pernah terbukti kebenarannya sampai kapan pun, karena tidak sesuai dengan kenyataan dan ajarannya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang sangat menjujung tinggi hak hidup manusia. Karena Allah SWT mengajarkan dalam kitab-Nya yang mulia, bahwa “menghilangkan nyawa manusia satu orang saja tanpa alasan yang haq, maka ia seolah-olah telah membinasakan seluruh manusia. Sebaliknya, menjaga kehidupan satu saja jiwa manusia saja seolah-olah ia telah menjaga kehidupan seluruh manusia.

”...Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi” (Qs. Al-Ma’idah 32).

Untuk mencegah tindak kriminalitas pembunuhan, Islam menetapkan hukuman qishas di dunia, terhadap orang yang melakukan pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan: ”... Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh...” (Qs Al-Isra’ 33).

Larangan dan kecaman Islam terhadap pembunuhan, semakin keras dengan ancaman azab Allah Ta’ala bagi pembunuh, yaitu azab Jahannam yang kekal abadi: ”Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Qs An-Nisa’ 93).
...Islam sama sekali tidak mengajarkan pembunuhan manusia sebanyak-banyaknya sebagai target keberhasilannya. Sebaliknya, sebuah nyawa manusia yang masih bayi pun sangat dihormati hak hidupnya...
Sama sekali tidak ada ajaran pembunuhan massal dalam Islam. Bahkan nyawa anak-anak termasuk anak-anak yang masih bayi pun sangat dihormati Islam. Islam melarang membunuh anak-anak dengan alasan apapun, termasuk dengan alasan materi:

”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (Qs Al-Isra’ 31).

Dengan ayat yang melarang pembunuhan terhadap anak-anak dan kecaman sebagai dosa besar, secara otomatis tertolaklah tuduhan Geng Walan Tardho bahwa tujuan Islam adalah membunuh manusia sebanyak-banyaknya. Islam sama sekali tidak mengajarkan pembunuhan manusia sebanyak-banyaknya sebagai target keberhasilannya. Sebaliknya, sebuah nyawa manusia yang masih bayi pun sangat dihormati hak hidupnya.

Geng Setan itu Ajaran Al-Qur’an ataukah Bibel?

Geng Walan Tardho dalam blognya menjadikan pembunuhan manusia sebagai tolok ukur bahwa itu adalah pemuja setan. Lantas mereka menuduh Islam sebagai geng pemuja setan karena target Islam adalah pembunuhan manusia sebanyak-banyaknya. Perhatikan lagi tudingan Geng Walan Tardho berikut:
Ya, Islam adalah geng pemuja Setan.  Itu sangat nampak terlihat dari sepak terjang mereka, mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga zaman sekarang. Perbedaan nyata Tuhan dengan Setan: Tuhan ingin menyelamatkan jiwa sebanyak-banyaknya, sedangkan Setan ingin membunuh sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, Islam ingin mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya, agar kekuatan Islam bertambah.  Dan orang yang menolak bergabung dalam geng Islam atau orang yang dengan terang-terangan memusuhi geng Islam, akan dibunuh.”
Tudingan terhadap Islam sebagai agama yang mengajarkan pembunuhan sebanyak-banyak manusia telah terbantah pada pembahasan sebelumnya.

Sebaliknya, mari kita terapkan tolok ukur Geng Walan Tardho itu terhadap rasul umat Kristiani yaitu Paulus dalam Bibel. Perhatikan apa yang dilakukan oleh Paulus dalam Alkitab (Bibel):

“Sementara itu berkobar-kobar hati Paulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem” (Kisah Para Rasul 9: 1-2).

Dengan tolok ukur yang dibuatnya, apakah Geng Walan Tardho itu menuding Paulus, rasulnya umat Kristiani itu sebagai nabi pemuja setan yang sejati?

Bagaimana pula  analisa Geng Walan Tardho terhadap perbuatan Tuhan dalam Bibel, bahwa Tuhan balas dendam dengan memerintahkan untuk membunuh dan menumpas segenap rakyat tanpa rasa belas kasihan, dengan mata pedang, baik laki-laki, perempuan, anak menyusui, maupun binatang ternak (1 Samuel 15:1-11)? Apakah mereka juga menuduh Tuhan dalam Bibel adalah tuhan pemuja setan?
...Dengan ayat-ayat Bibel tersebut, mengapa Geng Walan Tardho tidak menulis dalam blognya bahwa berdasarkan ayat ini, maka Tuhan dalam Bibel itu pemuja setan karena melakukan pembunuhan masal...
(2) Beginilah firman Tuhan semesta alam: Aku akan membalasapa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. (3) Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai”.... (7) Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. (8) Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. (9) Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka. (1 Samuel 15:2-9).

Dengan ayat-ayat Bibel tersebut, mengapa Geng Walan Tardho tidak menulis dalam blognya bahwa berdasarkan ayat ini, maka Tuhan dalam Bibel itu pemuja setan karena melakukan pembunuhan masal?

Penutup 

Dalam pandangan Islam, tuduhan Geng Walan Tardho bahwa Islam sebuah geng itu tidak hanya menghina umat Nabi Muhammad saja. Tapi juga melecehkan semua nabi Allah. Karena semua nabi adalah  Muslim. Nabi Ibrahim adalah muslim (Qs. Ali Imran 67), Nabi Yakub juga muslim (Qs. Al-Baqarah 132-133), Nabi Luth muslim (Qs. Adz-Dzariyat 36), Nabi Yusuf juga muslim (Qs. Yusuf 101), Nabi Sulaiman muslim (Qs. an-Naml 31). Bahkan Nabi Isa dan para peingikutnya pun Muslim (Qs. Ali Imran 52).

Terhadap Geng Walan Tardho yang membuat blog penghujatan terhadap Islam tersebut, pemerintah khususnya Menkominfo Tifatul Sembiring harus mengambil tindakan tegas dan cepat, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Blokir blognya, usut dan adili pembuat blognya. Jika tidak, maka bisa menimbulkan gesekan antarumat beragama yang berujung pada konflik.

Tindakan pemerintah sangat diperlukan supaya rakyat yang mayoritas Muslim di negeri ini tidak melakukan tindakan antisipasi sendiri-sendiri. Jika pemerintah diam saja, maka selamat berjihad para blogger dan hacker Muslim. Allahu Akbar!!